Teknik Mengolah Kotoran Kambing Menjadi Pupuk Kompos Berkualitas

Teknik Mengolah Kotoran Kambing Menjadi Pupuk Kompos Berkualitas
Teknik Mengolah Kotoran Kambing Menjadi Pupuk Kompos Berkualitas


Mengolah Kotoran Kambing Menjadi Pupuk -- Benar 'nggak, ya, tiada makhluk hidup tanpa butuh nutrisi?. Dengan kata lain, setiap makhluk hidup butuh masakan untuk hidup, tumbuh dan berkembang. Demikian juga dengan tanaman, akan tumbuh dan menunjukkan produktivitas yang tinggi dikala unsur hara yang diperlukannya tersedia dalam jumlah yang cukup.

 tiada makhluk hidup tanpa butuh nutrisi Teknik Mengolah Kotoran Kambing Menjadi Pupuk Kompos Berkualitas

Selain pupuk kimia yang merupakan “idola” dalam mencukupi nutrisi tanaman, masih ada lagi “mutiara” yang terlupakan, yaitu pupuk organik yang juga menyediakan sejumlah unsur hara.  Salah satunya yaitu pupuk dari kotoran kambing. Tapi, tunggu dulu! Untuk memanfaatkannya mesti diolah menjadi pupuk sangkar atau kompos biar tesedianya unsur hara yang sanggup dimanfaatkan oleh tanaman.

Sekilas populasi kambing dan jumlah kotorannya

Populasi binatang ternak kambing terbilang tinggi di Indonesia yang tersebar di banyak sekali belahan provinsi. Dan umumnya, masyarakat yang tinggal di pedesaan (urban area) mempunyai binatang ternak yang bersuara “embeeekkk” itu. Mereka, baik secara pribadi maupun berkelompok, memelihara lebih dari 1 ekor kambing.

Jika memelihara satu ekor saja, maka kotoran padatan saja sanggup menghasilkan 1-2 kg perhari. Belum lagi ditambah urine dan sisa pakan, jumlahnya sanggup lebih dari 2 kg per hari. Urin sanggup mencapai 1 liter lebih per hari tergantung berat ternak tersebut.

Seandainya kita coba prediksi bahwa rata-rata kotoran padatan yaitu 1,5 kg per ekor per hari, maka kotoran padatan saja per tahun per ekor kambing berjumlah 540 kg (0,54 ton) Berat ini cukup untuk memupuk lahan tanam seluas 500 meter persegi (m2). Bayangkan kalau mempunyai 4 ekor kambing, maka jumlah kotoran kambing dalam setahun sanggup memupuk 1/5 hektar atau 2.000 meter per segi lahan tanam. Subhanallah, luar biasa anugerah Allah SWT kepada makhluknya.

Kandungan hara kotoran kambing

Mengapa harus kotoran kambing? Kotoran kambing mengandung unsur hara yang relatif tinggi. Apalagi, bila diakumulasikan kotoran padat (feces), kencing (urine) dan sisa pakan dan bantalan tidur (bedding), maka udah niscaya unsur hara N, P, dan K serta sejumlah unsur hara makro (macronutrients) dan mikro (micronutrients) lainnya lebih tinggi.

Banyak peneliti sudah pernah mengamati terhadap keberadaan kotoran kambing. Mulai dari jumlah kotoran yang terdiri dari padatan, air seni, dan sisa pakan per hari hingga dengan kandungan nutrisi yang ada di dalamnya tak luput dari pengamatan mereka.



Baca juga ini :


Kotoran kambing dan juga domba mengandung senyawa-senyawa organik dan unsur hara penting yang mempunyai kegunaan untuk tanaman. Dalam Sutanto, R (2002) menunjukkan data bahwa kandungan dalam kotoran kambing/domba, yaitu N dan P2O5 berturut-turut 0,7% dan 0,4%. Selengkapnnya rata-rata komposisi kotoran ternak sanggup dilihat pada Tabel berikut ini :
 tiada makhluk hidup tanpa butuh nutrisi Teknik Mengolah Kotoran Kambing Menjadi Pupuk Kompos Berkualitas
Sumber : Sutanto, R.,2002. Gambar : Dokpri

Kadar hara tersebut sanggup lebih tinggi lagi atau lebih rendah. Mengapa? Semakin “bergizi” dan “gendut” kambing, maka kemungkinan kandungan haranya lebih tinggi, demikian sebaliknya. Artinya bahwa komposisi hara dalam kotoran ternak sangat tergantung kepada jenis variasi pakan dan juga kesehatan ternak.

Kotoran kambing Vs pupuk urea dan SP-36

Nah, dengan data-data di atas, mari kita hitung-hitung lagi untuk membandingkan dengan pupuk kimia. Ketika kita hitung kesetaraannya dengan pupuk kimia mirip urea dan SP-36, maka kotoran kambing perlu dipertimbangkan sebagai alternatif pupuk organik. Dalam 4 ekor kambing menghasilkan +/- 6 kg kotoran padatan per hari atau 2160 kg per tahun (asumsi 1 tahun = 360 hari).

Kalau merujuk kepada kandungan kotoran kambing padatan, yaitu 0,7% N dan 0,4% P, maka berat kotoran 1 ekor kambing dalam waktu setahun ini setara dengan 3,78 Kg N atau 8,22 Kg pupuk urea. Berat kotoran kambing tersebut setara juga dengan 2,16 Kg P atau 6 Kg pupuk SP-36.

Itu gres 1 ekor kambing dan kotoran padatan saja, bagaimana bila kotoran padatan bercampur dengan air kencing dan sisa pakan? Tentu, secara logika kita atau orang awam berpikir, jumlah nitrogen, fosfor, dan unsur hara lainnya juga semakin tinggi.

Gambaran kesetaraan kotoran kambing dengan pupuk kimia

Dengan perkiraan jumlah kambing dan kotoran padatan per tahun yang telah dijelaskan di atas, maka kita sanggup mengonversikan untuk kesetaraannya dengan pupuk kimia ke dalam Tabel berikut ini :

 tiada makhluk hidup tanpa butuh nutrisi Teknik Mengolah Kotoran Kambing Menjadi Pupuk Kompos Berkualitas
Gambar : Dokpri
Manfaat kotoran kambing

Sepertinya sudah umum diketahui betapa dasyatnya kotoran kambing untuk “menyegarkan” tanah dan “menghijaukan” tanaman. Tanah yang “dipaksakan” terus-menerus dengan pupuk anorganik/kimia, lambat-laun akan terjadinya degradasi baik strukturnya maupun kimiawinya. Makanya, salah satu manfaat besar kotoran kambing yaitu “obat” untuk memulihkan/memperbaiki dan meningkatkan produktifitas tanah.

Beberapa manfaat lain dari kotoran kambing sebagai pupuk organik yang diaplikasikan ke lahan tanam yaitu sebagai berikut :
  • Dapat memperbaiki struktur tanah sehingga memudahkan penetrasi akar tanaman
  • Dapat meningkatkan retensi air sehingga tidah gampang kering
  • Membuat tanah lebih gembur dan mempunyai porositas, drainase dan aerasi yang baik
  • Meningkatkan daya pegang kimiawi tanah atau kapasitas tukar kation lebih tinggi sehingga dikala diberikan pupuk kimia tidak gampang tercuci (leaching) dan hilang dibawa air
  • Meningkatkan acara mikroorganisme tanah sehingga lebih banyak hara tersedia untuk tanaman

Namun, kotoran kambing tidak serta-merta sanggup dimasukkan ke dalam tanah. Sebab, kotoran segar kambing sanggup menciptakan tumbuhan "kaget" dan terganggu lantaran masih tingginya materi organik di dalamnya. Oleh lantaran itu, untuk menurunkan rasio C/N kotoran kambing dan sekaligus mempunyai kandungan hara yang “menggembirakan” tanaman, maka harus diolah dulu.

Pengolahan kotoran kambing menjadi pupuk kandang/kompos berkualitas, dalam artian mengandung persentase hara tinggi, sudah pernah dilakukan oleh “moyang” petani dulu kala. Namun, di zaman klasik itu masih bersifat tradisional, yaitu membiarkan alam mengolahnya. Kualitasnya? Sudah tentu rendah lantaran banyak hara yang menguap dan juga hilang lantaran tercuci air hujan dan masuk ke dalam tanah.

Untuk mengolah kotoran kambing menjadi pupuk organik berkualitas sanggup dilakukan cara biasa dan proteksi mikroba. Cara biasa (mirip tradisional), tapi ada sentuhan insan di dalamnya. Cara biasa ini butuh waktu yang lama, yaitu +/- 3 bulan gres ada output-nya, yaitu pupuk sangkar asal kotoran kambing.

Kalau diadaptasi dengan zaman serba instan ini, agaknya produksi pupuk sangkar harus disesuaikan, yaitu harus cepat. Syukur sekali kini sudah berkembang teknologi yang melibatkan mikroorganisme potensial dan aktif dalam merombak bahan-bahan organik sehingga proses pengomposan/perombakan kotoran ternak menjadi lebih cepat, yaitu berkisar  +/- 1 bulan.

I Pengolahan kotoran kambing menjadi pupuk sangkar dengan cara biasa (semi tradisional)

Mengolah kotoran kambing menjadi pupuk sangkar yang kondusif diberikan untuk tumbuhan sangat mudah. Pada prinsipnya mengalami pengomposan/perombakan oleh mikroba alamiah. Namun, adonan kotorannya harus tertutup biar tidak banyak hilang unsur haranya. 

Teknik pengolahan semi tradisional ibarat teknik Bangalore yang merupakan metode pengomposan yang pernah dikembang di India. Dimana selama pengomposan, timbunan materi tetap berada dalam lubang atau wadah tertentu, tidak ada pembalikan dan penyiraman hingga proses perombakan selesai. Dan proses ini berjalan sangat lambat, butuh waktu yang usang untuk menghasilkan pupuk kandang/kompos yang siap dipakai untuk tumbuhan (Nisa, K. dkk, 2006)


Baik, sesudah kita menyimak dongeng panjang (teori), mari mengolah kotoran kambing dan begini langkah-langkahnya.

Syarat-syarat :
  • Jauh dari pemukiman untuk menghindari polusi amis kotoran kambing
  • Tempat harus berlantai semen dan ada atapnya untuk terlindungi hujan. Lantai semen bertujuan biar tidak hilang unsur hara ke dalam tanah.
  • Dibuat kotak-kotak sesuai dengan kebutuhan pupuk untuk diolah. Sebagai acuan, ukuran 2m x 1m x 1m untuk 1 ton kotoran kambing.
  • Dinding kotak boleh dibeton atau papan yang rapat.

Bahan-bahan :
  • Kotoran kambing padatan (sebaiknya yang bercampur dengan urin)
  • Sisa pakan kambing

Alat-alat :
  • Cangkul
  • Skrup
 tiada makhluk hidup tanpa butuh nutrisi Teknik Mengolah Kotoran Kambing Menjadi Pupuk Kompos Berkualitas
Kotak kompos. Gambar : Dokpri
Cara mengolahnya :
  • Masukkan kotoran kambing dan sisa pakan ke dalam kotak
  • Campurkan/aduk merata adonan tersebut
  • Timbun dengan tanah galian pada lapisan atasnya, kira-kira setebal 20 – 30 cm.
  • Biarkan timbunan kotoran kambing itu selama +/- 3 bulan
  • Setelah kurun waktu tersebut, pupuk sangkar kotoran kambing sudah jadi (cirinya : tidak berbau menyengat, suhu kamar, warna ibarat tanah gelap, tidak menggumpal dan kadar air rendah)
  • Haluskan pupuk sangkar tersebut sesuai dengan ukuran yang diinginkan dan diayak
  • Kemas pupuk sangkar kotoran kambing untuk dijual, disimpan, atau eksklusif dipakai untuk kebutuhan sendiri/kelompok.

II Pengolahan kotoran kambing menjadi kompos dengan bioaktivator

Pada dasarnya, cara mengolah kotoran kambing menjadi kompos dengan proteksi bioaktivator, sama dengan mengolah kotoran ternak lainnya, mirip kotoran kerbau, sapi, kuda, dan lainnya. Semua tergantung jenis aktivator yang digunakan. Untuk pengomposan kotoran kambing dalam artikel ini, kita mencobanya dengan bioaktivator Stardec.

Bagaimana cara menciptakan pupuk kompos dengan Stardec? Begini, mengutip goresan pena Simamora, S & Salundik (2006) menjelaskan bahwa pembuatan kompos menggunakan Stardec membutuhkan empat bak penampungan yang setiap kolam sanggup menampung materi baku kompos sebanyak 1.000 kg atau 1 ton. Buat naungan dengan ketinggian 2 meter dari lantai biar semua kolam terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung. Bahan kompos dibalik seminggu sekali dengan cara memindahkannya ke kolam berikutnya. Bak yang pertama eksklusif diisi kembali dengan materi yang dikomposkan, begitu seterusnya. Secara lengkapnya, menciptakan kompos dengan aktivator Stardec sebagai berikut :

Syaratnya :
  • Harus ada minimal empat kotak
  • Syarat lainnya sama mirip pada pengolahan semi tradisional (baca di atas)

Bahan :
  • Kotoran kambing yang padatan 1.000 kg
  • Sisa-sisa pakan
  • Bioaktivator, yaitu Stardec 2,5 kg (0,25% dari bahan)
  • Abu gosok 100 kg
  • Kalsit 20 kg (Kapur pertanian)
 tiada makhluk hidup tanpa butuh nutrisi Teknik Mengolah Kotoran Kambing Menjadi Pupuk Kompos Berkualitas
Bak pengomposan. Gambar : Dokpri

Teknik Pengolahan :
  1. Campurkan kotoran kambing dan sisa pakan dengan Stardec, aduk rata, kemudian masukkan ke dalam bak pertama. Diamkan materi adonan tersebut selama satu minggu
  2. Balik materi kompos dengan cara memindahkannya ke kolam kedua (bagian atas jadi ada di bawah) sambil dicampur dengan debu organik dan kalsit, diamkan selama satu minggu. Bak pertama yang sudah kosong diisi dengan materi kompos yang baru.
  3. Satu ahad kemudian,  balik kompos yang ada di kolam kedua dengan cara memindahkan ke kolam ketiga. Bak kedua diisi dengan kompos kolam pertama. Diamkan lagi selama 1 minggu.
  4. Setelah didiamkan 1 minggu, kompos yang ada di kolam ketiga dibalik dengan cara memindahkan ke bak keempat. Bak ketiga diisi dengan kompos kolam kedua dan diamkan selama 1 ahad lagi
  5. Setelah 1 ahad didiamkan dalam kolam keempat, maka kompos yang ada dalam bak keempat sudah terdekomposisi tepat (kompos sudah matang) dan siap digunakan. 
  6. Kompos kotoran kambing yang sudah matang sanggup dihaluskan, kemudian diayak dan dikemas. Atau untuk eksklusif dipakai sendiri, silahkan.😆
Teknik pengomposan bioaktivator stardec di atas, sebetulnya sanggup dikatakan metode Kraal. Sebab, prosesnya mirip dengan salah satu metode tersebut. Metode Kraal dalam catatan Nisa, K. Dkk (2016) disebutkan, “...Timbunan dicampur dengan kotoran ternak padat ataupun cair. Kemudian dibiarkan sekitar sebulan dan dilakukan pembalikan. Bagian bawah ditaruh di atas dan penggalan atas ditaruh di bawah. Dengan pembalikan 3-4 kali, umumnya kompos sudah jadi.

Oh, tanpa terasa, usai sudah uraian pengolahan kotoran kambing menjadi pupuk kompos berkualitas. Semoga Allah SWT menunjukkan ilmu dan juga kesuksesan kepada kita semua, amiin. Salam penulis buat Sobat.

Tip.

  • Pada pengomposan dengan stardec, usahakan kelembaban tetap terjaga. Jika kering bahan-bahannya, siramkan sedikit air atau urin kambing dikala melaksanakan pembalikan.

Referensi :
  • Mathius, I-W. 1994. Potensi dan Pemanfaatan Pupuk Organik Asal Kotoran Kambing – Domba. WARTAZOA  Vol.  3 No.  2-4,   Maret   1994. Balai Penelitian Ternak. Bogor. http://peternakan.litbang.pertanian.go.id/fullteks/wartazoa/wazo32-4-1.pdf?secure=1, diakses tgl 30 Agustus 2018
  • Nisa, K. dkk. 2016. Memproduksi Kompos & Mikro Organisme Lokal (MOL). Bibit Publisher. Jakarta Timur
  • Simamora, S. & Salundik. 2006. Meningkatkan Kualitas Kompos. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta
  • Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta