Si Pemalas Tercantik Di Dunia

Si Pemalas Tercantik Di Dunia
Si Pemalas Tercantik Di Dunia
 menyapa kamu yang tiba ketika terik mulai menyengat SI PEMALAS TERCANTIK DI DUNIA

- SI PEMALAS TERCANTIK DI DUNIA, Pohon-pohon lontar menjulang angkuh, menyapa kamu yang tiba ketika terik mulai menyengat.

Pada pintu masuk, duduk segerombolan laki-laki yang lantas mencegatmu, untuk sejumlah uang yang mereka bilang untuk biaya perawatan taman. Meski kamu tahu mereka tak pernah peduli dengan kebersihan kawasan itu, kamu tetap menyodorkan sejumlah uang yang diminta lantaran gotong royong kamu orang yang cinta damai.

Lalu kamu memacu sepedamu masuk ke kawasan yang menyerupai pasar tradisional di kampungmu yang jauh terpencil, di mana orang-orang dari segala sudut tiba berkumpul dan memasang agresi masing-masing, seperti mereka itu sungguh berbeda dari orang-orang lainnya; entah gaya bicaranya, entah dandanannya entah harta miliknya.

Kau lantas sengaja berputar-putar mencari di mana teman-teman yang mendahuluimu pagi tadi, sedang menanti. Tetapi sesungguhnya, jauh di dalam hatimu, kamu hanya ingin menyerupai orang-orang di pasar tradisional kampung itu.

Lalu kamu memarkir sepedamu dan mulai menimbang-nimbang, apakah pribadi mencebur diri ke laut, sekedar jalan-jalan atau bermain bola di hamparan pasir putih.Kadang-kadang kamu harus ikut bunyi lebih banyak didominasi walau yang banyak itu belum tentu sesuai dengan seleramu.

Akhirnya ketika orang rame-rame tetapkan untuk berjalan berkeliling, kamu pun ikutan sambil sesekali memandang ombak dan berpikir ternyata kamu juga punya jiwa penyair, dan mulai bermimpi suatu ketika nanti puisi-puisimu akan menghiasi koran lokal dengan latar kawasan lokal juga. Terutama latar pantai menyerupai deburan yang sedang kamu benci ini, dan terik yang terus-menerus berusaha menciptakan kamu hangus kehitaman.

Lalu sesekali kamu berpapasan dengan orang yang kamu kenal, dan kamu berpikir sebaiknya melontarkan satu dua basa-basi semoga beliau tak bilang kamu sombong.

Hingga akibatnya kamu kelelahan dan berpikir sebaiknya segera makan siang. Kau tiba ke situ memang untuk makan. Untuk apa hidup itu jikalau memang bukan untuk makan?

Tapi kali ini ada yang menarik di situ. Ada kontes “kecantikan” anjing piaraan. Diselenggarakan oleh kerjasama Fapet Undana dengan instansi apa yah kamu lupa alasannya yaitu gotong royong bukan itu yang menarik.

Yang menyita perhatianmu yaitu sejumlah anjing paling gila yang pernah kamu lihat kali ini. Ada yang rupanya hanya dapat kamu lihat di film-film yang saban kamu tonton melalui Bioskop TransTV atau dulu, di Layar Emas RCTI. Ada yang benar-benar anjing menyerupai yang kamu kenal. Tetapi ada pula yang tampaknya hanya kamu ketemukan di buku-buku dongeng belum dewasa yang kamu baca dulu. Dan ada juga yang menyerupai boneka yang tersimpan di dashboard angkot yang saban hari kamu tumpangi menuju kampus, dengan musiknya yang selalu mengetes kekuatan jantungmu, normal atau tidak.

Lalu dua gadis yang berpikir mereka paling anggun di situ, melalui mikrofon, mulai memanggil para penerima kontes itu. Ibu-ibu, bapak-bapak, om-om, tanta-tanta, nyong-nyong, nona-nona yang lantas menyeret anjing peliharaannya ke atas panggung dan berpikir mereka punya anjing paling anggun di dunia.

Sementara itu para juri yang terdiri dari para dokter binatang berusaha memperhatikan seperti mereka sama sekali belum melihat binatang berjulukan anjing. Konon, yang akan menjuarai kontes yaitu anjing yang paling menarik aktingnya, hasil kerja keras pemiliknya dalam melatih, dan yang mempunyai kesehatan prima.

Satu persatu binatang dari jenis canis familiaris ini di seret ke panggung. Ada dalmatian, pudel, herder, anjing pelacak, anjing kampung, dll. Kau cuma tahu sedikit jenis anjing lantaran kamu tak peduli. Yang kamu suka dari anjing cuma erwe!

Yang namanya anjing tetaplah anjing. Meski sudah di atas panggung, ada yang seenaknya mengangkat satu kaki belakang, dan… pisssss! Ada yang menyalak seenaknya tak peduli dengan instruksi pemiliknya. Ada yang malah mati-matian berusaha untuk tidak di seret ke atas panggung. Mungkin anjing itu berpikir buat apa jadi materi tontonan manusia. Bukankah kebanyakan dari mereka lebih anjing dari anjing?

Tapi ada yang lucu sekali, cerdas, dilatih dengan trampil sehingga melihat aktingnya, kamu menyerupai menonton permainan belum dewasa PAUD di lingkungan kawasan tinggalmu. Dan kamu terhibur meski terik mentari tetap menyegatmu.

Akhirnya kamu pulang.

Lalu kamu bertanya-tanya, “Ada apa dengan canis familiaris?” Lantas kamu teringat perihal teori mimetika dan kecerdasan genetik. Ada gen tertentu yang pada makhluk tertentu berkembang untuk tetap bertahan hidup. Binatang-binantang yang malas, menyerupai anjing dan kucing, berkembang secara genetik menjadi makhluk yang cantik. Dengan demikian mereka sangat disukai oleh manusia. Kesukaan insan inilah yang dimanfaatkan oleh makhluk tersebut untuk bertahan hidup dan melanjutkan spesiesnya.

Nah, kamu punya anjing di rumah? Apa binatang peliharaanmu itu mencari makan sendiri? Apa jikalau sakit beliau menyembuhkan diri sendiri? He he, bisanya cuma ribut melulu. Mereka justru menjadi raja kecil yang cerewet! Apa sedikit menggonggong saja, kamu pelayan yang baik hati pasti  mengerti impian yang dipertuan agung, canis familiaris.

Itulah, si pemalas paling anggun di dunia!

Disadur kembali dari blog Aklahat (Patris Aleggro)


Sumber https://www.bloggerntt.com/