Wwf Indonesia – Mutis-Timau Di Timor Barat

Wwf Indonesia – Mutis-Timau Di Timor Barat
Wwf Indonesia – Mutis-Timau Di Timor Barat
- Tanah hutan di Timor memegang peranan penting bagi konservasi keanekaragaman hayati dan daerah resapan air, dimana seluruh masyarakat yang tinggal di pulau ini bergantung padanya. Beberapa wilayah hutan penting ada di Pulau ini, sebut saja Taman Wisata Alam Bipolo, Taman Wisata Camplong, Cagar Alam Gunung Mutis, Hutan Lindung Gunung Timau, Taman Buru Dataran Bena, Kawasan Hutan Cagar Alam Kateri dan Maubesi. Di antara tempat hutan tersebut, ekosistem Hutan Mutis-Timau yakni yang terluas (40.000 hektar). Kawasan ini juga merupakan habitat dari 6 burung endemik Timor. Baca juga : Daftar Lengkap Tokoh Pahlawan Nasional dan Tokoh Daerah dari Nusa Tenggara Timur (Update)

 Tanah hutan di Timor memegang peranan penting bagi konservasi keanekaragaman hayati dan d WWF Indonesia – Mutis-Timau di Timor Barat

Ada lebih dari empat jenis hutan tropis kering (hutan gugur tropis kering, hutan pegunungan atas, semi hutan hijau/semi-evergreen forest, dan hutan bakau). Adanya Hutan homogen Ampupu (Eucalyptus urophylla) dengan ketinggian 2000 asl mengindikasikan keunikan pulau ini dibandingkan pulau lainnya.

Hutan tersebut sangat penting bagi daerah cadangan air. Air mengalir melalui 3 DAS dan 13 anak sungai yang membelah wilayah daerah dan kota Kupang. Wilayah ini merupakan sumber mata air dan air tanah untuk mensuplai 1,2 juta penduduk di Timor Barat.

Pulau Timor sangat cocok untuk konservasi keanekaragaman hayati di hutan tropis kering. Ada 31 spesies burung dilindungi dimana 6 diantaranya yakni spesies endemik Timor, lebih dari 4 jenis hutan tropis, 16 macam kupu-kupu, ular piton berukuran besar, serta kuskus putih (Phalanger orientalis). Sementara untuk floranya, ada kayu cendana, rotan, betel-areca (sejenis rotan) dan beberapa jenis tumbuhan obat. Baca juga : Kumpulan Lirik Lagu Daerah Nusa Tenggara Timur

 Tanah hutan di Timor memegang peranan penting bagi konservasi keanekaragaman hayati dan d WWF Indonesia – Mutis-Timau di Timor Barat
Cagar Alam Gunung Mutis

Nilai Cagar Alam Gunung Mutis sanggup dilihat dari 3 level: internasional, regional, dan lokal. Di level lokal, hutan Mutis dikelola dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang tinggal di dekatnya sebagai tempat untuk menggembala hewan-hewan ternak mereka serta sumber air bagi rumah tangga, bahan-bahan bangunan, dan kayu bakar. Hasil hutan baik kayu maupun non kayu menyerupai madu dan kayu cendana, berperan dalam menambah pendapatan rumah tangga.

Dalam level regional, tempat hutan Mutis merupakan tempat tangkapan air di Pulau Timor. Puncak tertinggi di Provinsi ini yaitu Gunung Mutis yang mencapai 2427 meter, lereng curam di deretan hutan tersebut merupakan daerah hulu dari semua sungai-sungai utama menyerupai Benain dan Mini, serta memperlihatkan asupan air bagi wilayah Timor belahan Timur. Ditinjau dari nilai hidrologisnya, Mutis mempunyai peranan yang sangat penting, contohnya tingginya curah hujan tahunan (2000-3000mm), isu terkini hujan yang panjang (kira-kira 7 bulan), sangat aman bagi daerah di sekitarnya yang kering (800-1000mm) dengan rata-rata waktu isu terkini hujan yang tak tentu setiap tahunnya (100-150 hari).Di level internasional, ekologi Mutis unik. Hutan pegunungan atas musiman terdiri dari hutan-hutan homogen ampupu (Eucalyptus urophylla), satu-satunya ekosistem yang hanya terdapat di Mutis. Tepi barat cagar alam tersebut berdekatan dengan tempat Hutan Lindung Mutis-Timau (100.0000 hektar). Baca juga : 10 Kuliner Khas NTT Yang Bikin Beta Rindu Mau Pulang Kampung

Berdasarkan keputusan nasional yang dikeluarkan tahun 1983, diperkirakan 12.000 hektar Hutan Lindung Gunung Mutis-Miomaffo ditetapkan sebagai Cagar Alam G. Mutis.

Terdapat 14 desa yang berbatasan pribadi dengan Mutis, 9 diantaranya terletak di TTS dan 5 sisanya di TTU.

Dari data hasil sensus yang dilakukan WWF, populasi di desa-desa tersebut mencapai 25.198 penduduk. Sebagian besar penduduknya merupakan masyarakat sopan santun setempat dan berasal dari Mollo dan Miomafo. Pendatang gres termasuk imigran berasal dari Timor (Amanatun, Amanuban, dll) dan diluar pulau (Bugis, Sabu, Rote, dan Flores).

Beberapa institusi pemerintah memegang peranan penting dalam administrasi Cagar Alam Mutis, terutama Departemen Kehutanan dan Dinas Peternakan. Beberapa petinggi dari Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) berpartisipasi aktif dalam Kelompok Kerja Konservasi di lembaga DAS NTT dan bekerja sama dengan kawan lembaga DAS dalam mendesain taktik administrasi konservasi bagi lokasi-lokasi prioritas termasuk Mutis.

KSDA memulai acara lapangannya menurut perubahan tempat lindung dalam penjabaran Cagar Alam yang telah ditetapkan. Tanggung jawab utamanya yakni meningkatkan “awareness” wacana laba konservasi dan mendukung peraturan konservasi. Dalam hubungannya dengan Cagar Alam, peraturan tersebut melarang acara insan dalam bentuk apapun (kecuali untuk penelitian dan pendidikan) walaupun dalam prakteknya kapasitas mereka dalam melaksananakan undang-undang dibatasi.
 Tanah hutan di Timor memegang peranan penting bagi konservasi keanekaragaman hayati dan d WWF Indonesia – Mutis-Timau di Timor Barat
Cagar Alam Gunung Mutis

Jasa hutan daerah masih berperan besar di Mutis, sejalan dengan penjabaran terdahulu sebagai Hutan Lindung. Dengan mengawal nilai hidrologis tempat ini, acara utama mereka mencakup agenda reforestasi, yaitu penghijauan baik di dalam maupun diluar tempat lindung. Sehubungan dengan jasa hutan dan posisi KSDA untuk peternakan lepas di tempat perbatasan Mutis, binatang ternak harus dipindahkan, sesuai mandat nasional mengenai tempat yang dilindungi. Namun, peraturan ini masih belum sepenuhnya dilakukan sebab keterbatasan sumber daya dan kompleksnya upaya yang harus dikerahkan untuk melaksanakan relokasi tersebut. Baca juga : Grup Facebook Yang Paling Aktif dan Ramai di Kunjungi Masyarakat NTT

Sama halnya dengan jasa hutan daerah, Dinas Peternakan bekerja di level distrik, di bawah kedua level pemerintahan daerah. Tugas utama Dinas Peternakan yakni untuk meningkatkan populasi dan produktivitas bibit induk serta menyebarkan sektor ekonomi provinsi terdepan. Terlalu besar resiko yang harus dipertaruhkan dalam pengelolaan cagar alam tersebut, dimana masyarakat lokal menggembalakan dominan ternak dan kuda mereka di tempat Mutis.

Posisi Dinas Peternakan dalam urusan peternakan di perbatasan Mutis yakni binatang ternak tidak sanggup dipisahkan dari hutan dan mereka tetap menjadi binatang ternak bebas di tempat lindung dengan mengharuskan sumbangan vaksin setiap dua tahun sekali.


Sumber https://www.bloggerntt.com/