Arab Saudi secara mendadak mendeportasi puluhan tahanan etnis minoritas Muslim Rohingya ke Banglades. Dengan cara tangan diborgol dam berbaris, mereka bersiap untuk diterbangkan ke negara jiran Myanmar itu.
Seorang tahanan Rohingya yang dideportasi merekam kejadian tersebut dan mengirimkan ke situs gosip Middle East Eye pada hari Minggu, 6 Januari 2019.
Dalam rekaman itu tampak para lelaki Rohingya berbaris di ruang tahanan Shumaisi di Jeddah untuk bersiap dideportasi. Tangan beberapa Rohingya diborgol sesudah mereka menolak untuk dideportasi ke Bangladesh.
Puluhan etnis Rohingya yang akan dideportasi itu sudah sekitar lima tahun hidup di dalam ruang tahanan. Mereka mendadak diberitahu akan dideportasi.
"Saya telah disini selama lima tahun, kini mereka akan mengirim aku ke Bangladesh. Tolong doakan saya," kata lelaki Rohingya itu, menyerupai dikutip dari Al Jazeera.
Di rekaman video lainnya yang dikirim ke Middle East Eye menawarkan kejadian pemindahan paksa tahanan Rohingya pada hari Minggu, 6 Januari 2019.
"Mereka tiba ke sel kami di tengah malam jam 12 malam, memberitahu kami untuk mengemas tas kami dan bersiap ke Bangladesh," kata seorang tahanan Rohingya kepada Middle East Eye.
"Tangan aku kini diborgol dan akan dibawa ke negara bukan asal aku - aku Rohingya, bukan Bangladesh.
Puluhan Rohingya yang akan dideportasi dulunya masuk ke Arab Saudi dengan memakai visa ziarah. Namun kemudian mereka tinggal melebihi batas waktu yang terdapat dalam visa.
Sejumlah Rohingya di rumah tahanan di Shumasisi menyampaikan kepada Middle East Eye, mereka telah usang tinggal di Arab Saudi dan kemudian dijebloskan ke ruang tahanan polisi Arab Saudi sesudah tidak ditemukan dokumen resmi mereka.
Menurut Nay San Lwin, pencetus Rohingya di Frankfurt, Jerman, kebanyakan Rohingya masuk Arab Saudi pada tahun 2012 menyusul pecah kekerasan di negara bab Rakhine. Lalu mereka pergi mencari kehidupan yang lebih baik.
Sejak itu Rohingya yang tinggal di Arab Saudi mendukung keluarga mereka yang ditempatkan di kamp-kamp pengungsi di Bangladesh.
Nay San menjelaskan, dikala memasuki Arab Saudi, sidik jari mereka terdaftar sebagai warga India, Pakistan, Bangladesh, atau Nepal.
Identitas mereka sebagai Rohingya tidak diterima. Akibatnya mereka tidak sanggup meminta pinjaman hukum.
Bangldadeh satu-satunya negara yang mendapatkan mereka, Rohingya.
Nay San menjelaskan, sejumlah pencetus HAM telah memohon pinjaman kepada pegawapemerintah Arab Saudi dua tahun lalu, bahkan dirinya telah mendekati pejabat dan diplomat Saudi.
Hasilnya, tak satupun di antara mereka bersedia menolong Rohingya.