Kalau menghitung bibit pala—misalnya-- yang sudah tumbuh praktis sekali dan super cepat. Tapi, masalahnya ini ingin menanam flora hortikulura, menyerupai tomat, cabai, bayam, bawang, kentang, sawi, dan lain-lain yang bijinya (benih) kecil sekali.
Keinginan menanam pun tak tanggung-tanggung, rencananya penanaman dalam skala lahan yang luas. Bahkan, lebih dari 1 hektar. Ini sudah tentu mesti menyiapkan benihnya dalam jumlah buaaanyak banget. Bagaimana menghitungnya?
Baca juga ini :
- Mengolah Bonggol Pisang Menjadi Pupuk Organik Cair (POC)/MOL dan 4 Cara Aplikasinya
- 6 Step Membuat Pupuk Organik Cair (POC) Air Kelapa dan Cara Aplikasinya yang Benar
- Membuat Pupuk Organik Cair Dari Sampah Basah Dengan EM4 dan Air Cucian Beras.
- Cara Membuat Pupuk Kompos Siap Pakai dalam 7 Hari
Tinggalkan kebiasaan usang alasannya ialah kita sudah hidup pada zaman now yang banyak cara praktis dan cepat alias instan. Hanya dalam beberapa ketika saja, hitungan pun selesai. Tugas selanjutnya ialah pergi ke toko pertanian untuk membeli sejumlah pack benih yang diperlukan. Cepat dan mudah, bukan? 😅
Sebelum menghitung kebutuhan benih, perlu disajikan sekilas beberapa citra singkat yang bekerjasama dengan proses penghitungan yang akan dilakukan nantinya. Ini perlu alasannya ialah ketika bicara benih, maka perlu juga dipahami beberapa hal yang terkait dengannya (bagian persiapan budidaya), menyerupai daya tumbuh, berat benih, luas lahan, bedengan, jarak tanam, barisan tanam, dan lubang tanam.
Benih dan daya tumbuh
Benih flora hortikultura sanggup dipersiapkan sendiri dari biji flora yang pernah ditanam. Namun, benih yang yang menyerupai itu banyak kelemahannya alasannya ialah tidak terukur kualitasnya dengan baik. Oleh alasannya ialah itu, untuk mendapat benih yang yang terjamin kualitasnya, lebih baik dibeli di toko pertanian yang banyak menyediakan banyak sekali benih tanaman.
![]() |
Ilustrasi kemasan benih dengan standar mutu. Gambar Dokpri |
Benih yang elok ialah benih yang mempunyai daya tumbuh tinggi hingga +/- 90%. Ini berarti tidak semua benih yang ada dalam kemasan (pack) tumbuh semuanya. Ada sekitar +/- 10% benih yang tidak tumbuh ketika disemai.
Oleh alasannya ialah itu, setiap membeli benih harus teliti melihat dan membaca diskripsi (keterangan) yang tertulis pada kemasan. Di sana --minimal -- tercantum antara lain ; daya tumbuh (%), berat benih (gram), jumlah benih, dan penting sekali ini, yaitu masa kadaluarsa (tanggal, bulan dan tahun).
Luas lahan dan sebutannya
Lahan untuk menanam harus mempunyai ukuran yang sempurna supaya tidak salah dalam menciptakan perencanaan. Ukuran luasan dinyatakan dalam beberapa satuan. Umumnya luas lahan dinyatakan dengan satuan meter persegi (m2) dan ada juga dalam satuan hektar (Ha).
Di setiap daerah, ada satuan-satuan lain yang menjadi ukuran luas dari lahan. Misalnya, di Jawa Tengah di sebut iring ( 1 iring = 1.785 m2), tumbuk untuk sebutan ukuran luas lahan di Jambi (1 tumbuk = 100 m2), di Aceh dikenal salah satu sebutan ukuran luas lahan dengan sinaleh (sinaleh = ukuran 16 bambu benih padi) dan sejumlah sebutan khas lainnya yang dimiliki oleh setiap daerah.
Terlepas apapun sebutan itu, untuk memudahkan dalam menghitung, satuan luas dirubah dulu dalam satuan meter persegi. Jika luas lahan 1 hektar, berarti luas lahan tersebut ialah 10.000 m2, luas lahan 1 KM2 sama dengan luas lahan 100 hektar,,lhoo..iya dirubah lagi menjadi 100 hektar x 10.000 m2/hektar = 1.000.000 m2, dan lain-lain.
Bedengan
Untuk menanam jenis flora sayur-sayuran perlu ada bedengan. Dalam satu luasan lahan mempunyai beberapa bedengan dengan lebarnya sesuai dengan flora apa yang akan ditanam. Dan antara satu bedengan dengan bedengan lain ada jarak beberapa centimeter alasannya ialah dibuat parit yang berfungsi untuk drainase dan memudahkan pemeliharaan tanaman.
Lubang tanam dan barisan tanam
Menetukan atau menciptakan lubang tanam menjadi cuilan pekerjaan dalam persiapan lahan. Dalam hal ini dibentuk lubang tanam di setiap bedengan dengan berbentuk barisan. Sehingga terlihat terang jarak tanam antar barisan dan jarak tanam dalam barisan.
Ilustrasi lahan tanam dengan bedengan. Gambar Dokpri |
Jaraknya diadaptasi dengan flora apa yang ditanam. Beberapa jarak tanam, misalnya cabe dengan jarak tanam 60 cm x 70 cm, tomat 70 cm x 60 cm, sawi 40 cm x 50 cm, terong 60 cm x 100 cm dan lain-lain.
Menghitung Jumlah Kebutuhan Benih
Ini saatnya yang ditunggu-tunggu, yaitu menghitung jumlah kebutuhan benih per satuan luas lahan. Di sini akan dicoba hitung kebutuhan benih untuk luas lahan tanam 1 hektar.
Sebelum menuju ke sana, perlu dibentuk simbol-simbol untuk mewakili variabel-variabel penghitungan benih untuk membentuk satu formula (rumus).
- Jumlah benih (Jb)
- Luas Lahan (L)
- Lebar bedengan (Lbd)
- Jarak antar bedengan (Jab)
- Jarak tanam dalam barisan (Jtb)
- Jumlah barisan (Jub)
- Jumlah benih per lubang (Jbl)
- Daya tumbuh (Dt)
Maka, rumus untuk menghitung jumlah benih ialah :
Jumlah Benih (JB) adalah = [ Luas Lahan/{(Lebar bedengan + Jarak Antar bedengan) x jarak tanam dalam barisan}] x jumlah barisan x jumlah benih per lubang tanam x daya tumbuh
Atau secara singkat, formulanya begini :
Rumus tersebut di atas sanggup dipakai dalam skala luas lahan berapa saja, 100 m2, 1000 m2, 10 hektar, 1 KM2, dan luasan lainnya.
Untuk merubah jumlah benih ke dalam satuan berat, misalnya dalam satuan gram, maka perlu diketahui/dibaca berat benih yang tertera dalam kemasan dan jumlah benih. Jika jumlah benih tidak dicantumkan, “terpaksa” buka benih 1 pack dan hitung manual berapa jumlahnya. Oh, ya..jika ribuan benih, timbang 1 gram saja biar cepat dan hitung berapa banyak benih dalam 1 gram.
Contoh Menghitung Kebutuhan Benih Tomat
Tak perlu pusing, begini biar mudah. Yuk, kita ambil teladan supaya tidak bingung. Semua data hanya teladan saja untuk berguru termasuk benih tomat bibit unggul New Diego F1 dalam kemasan. Ok, contohnya ingin menanam tomat dengan informasi/data berikut ini :
- Luas lahan(L) = 1 hektar (10.000 m2)
- Lebar bedengan (Lbd) = 110 cm (1,1 m)
- Jarak Antar bedengan (Jab)= 60 cm (0,6 m)
- Jarak tanam dalam barisan (Jtb) = 70 cm (0,7 m)
- Jumlah barisan (Jub) = 2 barisan
- Jumlah benih per lubang (Jbl) = 2 benih
- Daya tumbuh benih (Dt) = 80%
- Jumlah benih per kemasan (pack) = 1600 benih
- Berat benih per kemasan = 5 gram
Data tersebut kita masukkan dalam formulanya di atas tadi, maka jumlah kebutuhan benih ialah :
JB = 42.016,81 benih dibulatkan menjadi 42.017 benih tomat per hektar
Berapa GRAM harus disiapkan benih? Atau berapa PACK benih tomat harus dibeli?
Total berat kebutuhan benih = JB/[jumlah isi 1 pack benih tomat/ berat isi 1 pack benih tomat]
atau begini lebih terang :
Total berat kebutuhan benih :
= 42.017 benih / [1600 benih/5 gram]
= 131,30 gram benih tomat.
Atau bila dibulatkan menjadi 132 GRAM benih tomat per hektar (pembulatan angka sebaiknya ke atas, bila ke bawah akan ada kekurangan benih).
Atau mau tau kalau beli bentuk kemasan, berapa kemasan (pack) benih harus dibeli?
Jumlah kemasan benih :
= 42.017 benih / [1600 benih/ 1 pack]
= 26,26 pack
Angka dibulatkan menjadi 27 pack benih tomat New Diego F1 untuk luas lahan 1 hektar.
Itulah cara menghitung kebutuhan benih praktis dan cepat ala penulis. Jika bermanfaat silahkan digunakan. Namun, kalau masih terlalu sulit hendaknya dibaca dan dicoba hitung sekali lagi. Ketahuilah, seandainya sudah terbiasa, rumus ini menjadi sangat praktis untuk dipraktikkan. Sukses selalu, ya.
Catatan : Pembualatan angka ke atas dimaksudkan supaya tidak terjadi kekurangan benih. Sebab, angka dibelakang koma dari penghitungan tersebut sangat besar pengaruhnya kepada jumlah benih. Contohnya begini : 0,2 x 1000 gram = 200 benih. Nah bila pembulatan dilakukan ke bawah (dihilangkan bila dibawah angka 5), akan kekurangan 200 benih. Tentu saja tidak mau kurang, bukan?? .